Seorang meditator Mindfulness, Sally Stanleigh, mengungkapkan pengalamannya saat mengikuti program Mindfulness yang dikembangkan oleh University of Massachusetts Medical Center sejak 1970-an oleh Profesor Jon Kabat-Zinn. Pelatihan tersebut menggunakan kombinasi antara meditasi mindfulness, kesadaran tubuh, dan yoga untuk membantu orang-orang agar lebih berkesadaran. Meski program itu berakar dari suatu ajaran spiritual, namun program itu sendiri sekuler. Berikut pemaparan Stanleigh mengenai kualitas mindfulness, mari kita simak ulasannya, soulmate.
· Kebaikan
Sepenuhnya menerima dan peduli dengan diri kita.
· Tanpa penghakiman
Membina sikap diri kita menjadi saksi pengalaman tersendiri daripada menghakimi sesuatu. Saat kita merasakan atau memikirkan suatu hal yang negatif, maka penting mengenalinya sebagai pemikiran yang menghakimi tanpa menahan atau mendorongnya.
· Sabar
Kesabaran merupakan salah satu bentuk kebijaksanaan. Dengan begitu, kita dapat memahami dan menerima kenyataan, dan segala sesuatu akan terjadi atau terungkap pada waktunya. Hal ini untuk membuka dan memberi ruang pada diri kita dan mengizinkan untuk mengalami berbagai hal atau momen.
· Pikiran yang baru
Memiliki dan mengembangkan sikap ingin tahu serta bereksperimen. Seringkali kita membiarkan pemikiran dan keyakinan tentang apa yang kita ketahui menghalangi kita untuk melihat dan mengalami hal-hal persis seperti apa adanya. Dengan memiliki pikiran yang baru seperti pikiran pemula akan membuka diri terhadap kemungkinan dan cara baru dalam menanggapi, berperilaku, dan berhubungan dengan apa yang kita alami di kehidupan.
· Percaya
Percaya, sehubungan dengan meditasi, melibatkan dengan mengembangkan kepercayaan dasar pada diri kita sendiri, dan pada kebijaksanaan tubuh dan pikiran kita.
· Tidak menuntut
Hampir semua yang kita lakukan tentu punya tujuan. Namun, dalam meditasi, sikap menuntut bisa menjadi penghalang sebab meditasi berbeda dengan aktivitas lainnya. Saat meditasi, kita perlu berusaha untuk menenangkan pikiran dan menghentikan diri sendiri dari berjuang untuk sebuah hasil. Mulai dengan berfokus secara hati-hati untuk melihat dan menerima segala sesuatunya sebagaimana dengan kesabaran dan perhatian yang tidak menghakimi.
· Penerimaan
Melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, dan membiarkannya terjadi saat ini. Penerimaan berbeda dengan menyerah. Saat kita menerima apa yang terjadi dalam kehidupan saat ini, kita biasanya dapat bertindak dan merespon dengan lebih banyak kebijaksanaan dan kejelasan, dan lebih dapat menerima diri sendiri.
· Melepaskan
Melepaskan berbeda dengan menyingkirkan sesuatu. Melepaskan berarti tidak lagi mempertahankannya atau memegangnya erat-erat, melonggarkan genggaman pada apapun yang dipegang. Kita ingin mengembangkan sikap melepaskan atau tidak terikat pada cara berpikir yang biasa dan berhubungan dengan pikiran dan tubuh kita, serta lingkungan sekitar. Dalam latihan meditasi, kita sengaja mengesampingkan kecenderungan untuk fokus pada aspek-aspek dari pengalaman dan menolak yang lain. Kita membiarkan pengalaman menjadi lebih apa adanya dan berlatih mengamatinya baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Dengan tidak melawan diri sendiri terhadap penalaman kita, kita bisa membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan mudah dan lancer, memberi kesempatan untuk terjadi perubahan dengan dipandu oleh kebijaksanaan batin kita.
Itulah delapan kualitas mindfulness yang bisa dicapai. (end)